Selayang Pandang
PMII: Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(Indonesian
Moslem Students Movement),
secara geneologis adalah Anak Kandung organisasi NU yang lahir dari rahim
Departemen perguruan Tinggi IPNU.
Warna perjalanan
sebuah organisasi senantiasa pasti ada, hambatan dan rintangan tak terelakkan.
Hasrat mendirikan organisasi NU sudah lama bergolak. namun pihak PBNU belum
memberikan green light. Belum menganggap perlu adanya organisasi
tersendiri buat mewadahi anak-anak NU yang belajar di perguruan tinggi. melihat
fenomena yang ini, kemauan keras anak-anak muda itu tak pernah kendur, bahkan
semakin berkobar-kobar saja dari kampus ke kampus. hal ini bisa dimengerti
karena, kondisi sosial politik pada dasawarsa 50-an memang sangat memungkinkan
untuk lahirnya organisasi baru. Banyak organisasi Mahasiswa bermunculan dibawah
naungan payung induknya. misalkan saja
HMI yang dekat dengan Masyumi, SEMI dengan PSII, KMI dengan PERTI, IMM dengan
Muhammadiyah dan Himmah yang bernaung dibawah Al-Washliyah. Wajar saja jika
kemudiaan anak-anak NU ingin mendirikan wadah tersendiri dan bernaung dibawah
panji bintang sembilan, dan benar keinginan itu kemudian diwujudkan dalam
bentuk IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) pada akhir 1955 yang
diprakarsai oleh beberapa tokoh pimpinan pusat IPNU.
Namun
IMANU tak berumur panjang, dikarenakan PBNU menolak keberadaannya. ini bisa
kita pahami kenapa Nu bertindak keras. sebab waktu itu, IPNU baru saja lahir
pada 24 Februari 1954. Apa jadinya jika organisasi yang baru lahir saja belum
terurus sudah menangani yang lain? hal ini logis seakli. Jadi keberatan NU
bukan terletak pada prinsip berdirinya IMANU ( PMII ), tetapi lebih pada
pertimbangan waktu, pembagian tugas dan efektifitas organisasi.
Oleh karenanya, sampai pada
konggres IPNU yang ke-2 (awal 1957 di pekalongan) dan ke-3 (akhir 1958 di
Cirebon). NU belum memandang perlu adanya wadah tersendiri bagi anak-anak
mahasiswa NU. Namun kecenderungan ini nsudah mulai diantisipasi dalam bentuk
kelonggaran menambah Departemen Baru dalam kestrukturan organisasi IPNU, yang
kemudian dep[artemen ini dikenal dengan Departemen Perguruan Tinggi IPNU.
Dan baru setelah konferensi
Besar IPNU (14-16 Maret 1960 di kaliurang), disepakati untuk mendirikan wadah
tersendiri bagi mahsiswa NU, yang disambut dengan berkumpulnya tokoh-tokoh
mahasiswa NU yang tergabung dalam IPNU, dalam sebuah musyawarah selama tiga
hari(14-16 April 1960) di Taman Pendidikan Putri Khadijah (Sekarang UNSURI)
Surabaya. Dengan semangat membara, mereka membahas nama dan bentuk organisasi
yang telah lama mereka idam-idamkan.
Bertepatan dengan itu, Ketua
Umum PBNU KH. Idam Kholid memberikan
lampu hijau. Bahkan memberi semangat pada mahasiswa NU agar mampu menjadi kader
partai, menjadi mahasiswa yang mempunyai prinsip: Ilmu untuk diamalkan
dan bukan ilmu untuk ilmu…maka, lahirlah organisasi Mahasiswa dibawah
naungan NU pada tanggal 17 April 1960.
Kemudian organisasi itu diberi nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII
).
Disamping latar belakang
lahirnya PMII seperti diatas, sebenarnya pada waktu itu anak-anak NU yang ada
di organisasi lain seperti HMI merasa
tidak puas atas pola gerak HMI. Menurut mereka ( Mahasiswa NU ) , bahwa
HMI sudah berpihak pada salah satu golongan
yang kemudian ditengarai bahwa HMI adalah Underbow-nya partai Masyumi, sehinggga wajar kalau mahasiswa
NU di HMI juga mencari alternatif lain.
Hal ini juga diungkap oleh Deliar Nur ( 1987 ), beliau mengatakan bahwa
PMII merupakan cermin ketidakpuasan sebagian mahasiswa muslim terhadap HMI,
yang dianggap bahwa HMI dekat dengan golongan modernis ( Muhammadiyah )
dan dalam urusan politik lebih dekat dengan Masyumi.
Dari paparan diatas bisa
ditarik kesimpulan atau pokok-pokok pikiran dari makna dari kelahiran PMII:
1. Bahwa PMII karena ketidakmampuan
Departemen Perguruan Tinggi IPNU dalam menampung aspirasi anak muda NU yang ada
di Perguruan Tinggi .
2. PMII
lahir dari rekayasa politik sekelompok mahasiswa muslim ( NU ) untuk mengembangkan kelembagaan
politik menjadi underbow NU dalam upaya merealisasikan aspirasi politiknya.
3. PMII
lahir dalam rangka mengembangkan paham Ahlussunah Waljama’ah dikalangan
mahasiswa.
4. Bahwa
PMII lahir dari ketidakpuasan mahasiswa NU yang saat itu ada di HMI, karena HMI
tidak lagi mempresentasikan paham mereka
( Mahasiswa NU ) dan HMI ditengarai lebih dekat dengan partai
MASYUMI.
5. Bahwa
lahirnya PMII merupakan wujud kebebasan berpikir, artinya sebagai mahasiswa
harus menyadari sikap menentukan kehendak sendiri atas dasar pilihan sikap dan
idealisme yang dianutnya.
Dengan
demikian ide dasar pendirian PMII adalah murni dari anak-anak muda NU sendiri
Bahwa kemudian harus bernaung dibawah panji NU itu bukan berarti sekedar
pertimbangan praktis semata, misalnya karena kondisi pada saat itu yang memang
nyaris menciptakan iklim dependensi sebagai suatu kemutlakan. Tetapi,
keterikatan PMII kepada NU memang sudah terbentuk dan sengaja dibangun atas
dasar kesamaan nilai, kultur, akidah, cita-cita dan bahkan pola berpikir,
bertindak dan berperilaku.
Kemudian
PMII harus mengakui dengan tetap berpegang teguh pada sikap Dependensi timbul
berbagai pertimbangan menguntungkan atau tidak dalam bersikap dan berperilaku
untuk sebuah kebebasan menentukan nasib sendiri.
Oleh karena
itu haruslah diakui, bahwa peristiwa besar dalam sejarah PMII adalah ketika
dipergunakannya istilah Independent
dalam deklarasi Murnajati tanggal 14 Juli 1972 di Malang dalam MUBES III PMII,
seolah telah terjadi pembelahan diri anak ragil NU dari induknya.
Sejauh pertimbangan-pertimbangan
yang terekam dalam dokumen historis, sikap independensi itu tidak lebih dari
dari proses pendewasaan. PMII sebagai generasi muda bangsa yang ingin lebih
eksis dimata masyarakat bangsanya. Ini terlihat jelas dari tiga butir
pertimbangan yang melatar belakangi sikap independensi PMII tersebut.
Pertama, PMII melihat pembangunan dan
pembaharuan mutlak memerlukan insan-insan Indonesia yang berbudi luhur, taqwa
kepada Allah SWT, berilmu dan cakap serta tanggung jawab, bagi keberhasilan
pembangunan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat. Kedua,
PMII selaku generasi muda indonesia sadar akan perannya untuk ikut serta
bertanggungjawab, bagi keberhasilan pembangunan yang dapat dinikmati secar
merata oleh seluruh rakyat. Ketiga, bahwa perjuangan PMII yang
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan idealisme sesuai deklarasi
tawangmangu, menuntut berkembangnya sifat-sifat kreatif, keterbukaan dalam
sikap, dan pembinaan rasa tanggungjawab.
Berdasarkan
pertimbangan itulah, PMII menyatakan diri sebagai organisasi Independent, tidak
terikat baik sikap maupun tindakan kepada siapapun, dan hanya komitmen terhadap
perjuangan organisasi dan cita-cita perjuangan nasional yang
berlandaskanPancasila.
Identitas
dan citra diri PMII
APA itu identitas PMII, seperti empat
huruf kata 'PMII', yaitu Suatu wadah atau perkumpulan organisasi
kemahasiswaan dengan label 'Pergerakan' yang Islam dan Indonesia
yang mempunyai tujuan:
Terbentuknya
Pribadi Muslim Indonesia Yang;
(1) Bertaqwa kepada
Allah swt
(2) Berbudi luhur
(3) Berilmu
(4) Cakap, dan
(5) Bertanggung jawab
dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya. (Bab IV AD PMII)
Menuju capaian ideal sebagai mahluk Tuhan,
sebagai ummat yang sempurna, yang kamil, yaitu mahluk Ulul Albab.
Kata 'Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia' jika diurai lebih lanjut adalah:
1.
Pergerakan; Dinamika insan akademis dan hamba yang
senantiasa berthawaf menuju tujuan idealnya guna memberikan rahmat bagi alam
sekitarnya.
Dalam hubungan organisasi
mahasiswa: menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi
ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di
dalam kualitas tinggi yang mempunyai identitas.Kenapa 'Pergerakan' bukan
'Perhimpunan'?, kalau berhimpun terus kapan bergeraknya….. Artinya bahwa,
'pergerakan' bukan hanya menerangkan suatu perkumpulan/organisasi tetapi juga
menerangkan sifat dan karakter organisasi itu sendiri.PMII adalh organisasi
yang bergerak secara dinamis karena pergerakan bukan paguyuban
2. Mahasiswa
adalah sebutan orang-orang yang sedang melakukan studi di perguruan tinggi,
dengan predikat sebutan yang melekat, mahasiswa sebagai 'wakil' rakyat, agen
perubahan, komunitas penekan terhadap kebijaakan penguasa dll
3. Islam,
Agama Islam yang dijadikan basis landasam sekaligus identitas bahwa PMII adalah
organisasi mahasiswa yang berlandaskan agama. Karenanya jelas bahwa rujukan
PMII adalah kitab suci agama Islam ditambah dengan rujukan selanjutnya, sunnah
nabi dan para sahabat, yang itu terangkum dalam pemahaman jumhur, yaitu
ahlussunnah waljama'ah. Jadi Islam ala PMII adalah Islam yang
mendasarkan diri pada aswaja --dengan varian didalamnya-- sebagai landasan
teologis (keyakinan keberagamaan).
4. Indonesia.
Kenapa founding fathers PMII memasukkan kata 'Indonesia' pada organisasi
ini, tidak lain untuk menunjukkan sekaligus mengidealkan PMII sebagai
organisasi kebangsaan, organisasi mahasiswa yang berpandangan nasionalis, punya
tanggung-jawab kebangsaan, kerakyataan dan kemanusiaan. Juga tidak tepat jika
PMII hanya dipahami sebagai organisasi keagamaan semata. Jadi keislaman dan
keindonesiaan sebagai landasan PMII adalah seimbang.
Jadi PMII adalah pergerakan mahasiswa
yang Islam dan yang Indonesia, yang
mendasarkan pada agama Islam dan sejarah, cita-cita kemerdekan dan laju
perjalanan bangsa ini kedepan.
Islam-Indonesia (dua kata
digabung) juga bisa dimaknai Islam yang
bertransformasi ke ranah Nusantara/Indonesia, Islam Indonesia adalah Islam
lokal --bukan Islam Arab secara persis--, tapi nilai universalitas Islam atau
prinsip nilai Islam yang 'bersinkretisme' dengan budaya nusantara menjadi Islam
Indonesia. Ini adalah karakter Islam PMII yang sejalan dengan ajaran aswaja.
Seputar ideologi PMII
Pada paruh
kedua abad kemarin dan gaungnya hingga hari ini (digarahi oleh kelompok
intelektual 'kiri' Eropa yang mendasari new-left movement yang terkenal
itu, sebut saja; kelompok madhab frankfurt, TW Adorno, Jurgen Habermas bahwa
perdebatan mengenai ideologi masih mempunyai ruang, terlebih ideologi menuai
kritik dan evaluasi terhadapnya. Kritik itu seputar perannya sebagai 'wadah'
atau 'tempat' kebenaraan atau bahkan
sebagai 'sumber' kebenaran itu sendiri, yang disatu sisi dinilai sebagai
pencerah ummat tetapi disisi lain sebagai alat hegemoni ummat.
Ideologi
memang dianggaab sebaagaai laandasan kebenaaran yang paling fundaamental
(mendasar) makanya tidak terlalu salah bila ddisebut sumber kebenaran sebagai
ruh dari operasi praksis kehidupan. Tetapi dalam prosesnya kemudiaan ideologi
ada tidak bebas dari kepentingan --prinsip peng-ada-an; sesuatu materi
diciptakan/diadakan pasti punya maksud dan tujuan--, ironisnya kepentingan yang
pada awalnya untuk kebaikan sesama tanpa ada pengistemewaan/pengklasifikasian
kemudian berubah menjadi milik segolongan tertentu. Hasilnya ideologi menjadi
tameng kebenaraan ummat tertentu, digunakan untuk tujuan-tujuan yang tidak
selayaknya, tujuaan 'hanya kekuasaan' misalnya. Maka dalam konteks ini ideologi
mendapat serangan habis-habisan.
Tanpa
bermaksud memutus perdebatan sosiologi pengetahuan seperti diatas, Ideologi
akan tetap memiliki ummat, ideologi masih memiliki pengikut tatkala ia
masih rasional masih kontekstual tidak pilih kasih (diskriminatif) tidak
menindas sehingga layak dijadikan sumber kebenaran, ketika peran itu masih
melekat niscaya ideologi masih diperlukan.
Dibawa
dalam ranah PMII, ideologi PMII digali dari sumbernya --yang pada
pembicaraan sebelumnya disebut sebagai identitas PMII-- yaitu keislaman
dan keindonesiaan. Sublimasi atau perpaduan antara dua unsur diatas menjadi
rumusan materi yang terkandung dalam Nilai Dasar Pergerakan PMII, ya semacam qonun
azasi di PMII atau itu tadi yang disebut... Ideologi. NDP berisi rumusan
ketauhidan, pengyakinan kita terhadap Tuhan. Bentuk pengyakinan itu terletak
dari pola relasi/hubungan antar komponen di alam ini, pola hubungan antara
mikrokosmos dan makrokosmos, antara Tuhan dan manusia, antar manusia dan antara
manusia dengan sekelilingnya.
Jadi kesimpulaan yang bisa diambil
adalah:
(1) Ideologi masih
relevan dijadikan sebagai rujukan kebenaran
(2) Ideologi PMII
terangkum (terwujud) dalam rumusan Nilai Dasar Pergerakan (NDP) yang merupakan
sublimasi keislaman dan keindonesiaan
Landasan
Teologis dan Filosofis PMII
Landasan
filosofis dan teosofis PMII sebenarnya tergali dalam rumusan NDP dan turunannya
kebawah. Artinya bahwa NDP dibangun atas dasar dua sublimasi besar yaitu
ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.
Sublimasi
ke-Islaman berpijak dari kerangka paradikmatik bahwa Islam memiliki kerangka
besar yang universal, transendental, trans-historis dan bahkan trans-personal.
Universalisme atau variasi-variasi identitas Islam lainnya yang dimaksud
bermuara pada satu gagasan besar, bagaimana membangun masyarakat yang
berkeadilan.
Namun,
harus disadari bahwa sungguhpun Islam memiliki universalitas atau yang lainnya,
ia juga menampakkan diri sebagai entitas dengan identitas sangat kultural,
antropologis, historis, sosiologis dan bahkan politis.
Dua
gambaran tentang Islam yang paradoks ----atau minimal kontra produktif dan
bahkan saling berbinary opposition--- menghadapkan believer pada
tingkat minimal untuk melakukan human exercise bagaimana Islam dalam
identitas yang ganda itu mampu disandingkan, dan bahkan dileburkan menjadi satu
identitas besar, rahmatan lil alamin.
Dari sini,
mengharuskan PMII untuk mengambil inisiatif dengan menempatkan Islam sebagai
salah satu sublimasi identitas kelembagaan. Ini berarti, PMII menempatkan Islam sebagai landasan teologis
untuk dengan tetap meyakini universalitas, transhistoris dan bahkan
transpersonalnya. Lebih dari itu, Keyakinan teologis tersebut tidak semata-mata
ditempatkan sebagai landasan normatifnya, melainkan disertai upaya bagaimana
Islam teologis itu mampu menunjukkan dirinya dalam dunia riel. Ini berarti,
PMII akan selalu menempatkan Islam sebagai landasan normatif yang akan selalu
hadir dalam setiap gerakan-gerakan sosial dan keagaamaan yang dimilikinya.
Selain itu,
PMII sebagai konstruksi besar juga begitu menyadari bahwa ia tidaklah hadir
dalam ruang hampa, kosong, berada diawang-awang dan jauh dari latar sosial dan bahkan politik. Tetapi, ia justru
hadir dan berdiam diri dalam satu ruang identitas besar, Indonesia dengan
berbagai kemajemukan watak kulturalnya, sosiologis dan hingga antropologisnya.
Oleh
karena, identitas diri yang tak terpisahkan dengan identitas besar Indonesia
mengharuskan PMII untuk selalu menempatkan identitas besar itu menjadi salah
satu sublimasi selain ke-Islaman.
Penempataan
itu berarti menempatkan PMII sebagai institusi besar yang harus selalu
melakukan pembacaan terhadap lingkungan besarnya, "Indonesia". Hal
ini dalam rangka membangun aksi-aksi sosial, kemasyarakatan, dan kebangsaan
yang selalu relevant, realistik, dan transformatik.
Dua
penjelasan kaitannya dengan landasan sublimatif PMII diatas, dapat ditarik
kedalam satu konstruksi besar bahwa PMII dalam setiap bangunan gerakan dan
institusionalnya tetap menghadirkan identitas teologisnya, identitas Islam.
Tetapi, lebih dari itu, landasan teologis Islam justru dihadirkan bukan hanya
sebatas dalam bentuk pengaminan secara verbal dan normatif, melainkan bagaimana
landasan teologis ini menjadi transformable dalam setiap gerakan dan aksi-aksi
institusionalnya. Dengan begitu, mau tidak mau PMII harus mempertimbangkan
tempat dimana ia lahir, berkembang, dan melakukan eksistensi diri, tepatnya
ruang ke-Indonesiaan. Yang berarti, secara kelembagaan PMII harus selalu
mempertimbangkan gambaran utuh konstruksi besar Indonesia dalam membangun
setiap aksi-aksi kelembagaanya.
Pada
akhirnya, proses yang runut transformasi landasan teologis Islam dan konstruksi
besar ke-Indonesia-an sebagai medium pembacaan objektifnya, maka akan muncul
citra diri kader atau citra diri institusi yang ulil albab. Citra diri
yang tidak hanya semata-mata menampilkan diri secara personal sebagai manusia
beriman yang normatif dan verbalis, melainkan juga sebagai believer kreatif dan
membumi-kontekstual. Citra diri personal ini secara langsung akan mengujudkan
PMII secara kelembagaan sebagai entitas besar yang juga ulil albab.
Kesimpulan:
1.
Landasan teologis PMII adalah Islam-Keindonesiaan.
2.
Identitas filosofis PMII adalah citra diri yang dibangun
melalui Islam sebagai teologi transformatif dan Ruang ke-Indonesia-an sebagai
media pembacaan objektif.
3.
Tranformasi dua hal, landasan teologis dan identitas
filosofis akan berakhir dengan tampilnya
identitas personal dan kelembagaan yang ulil albab.
Eka
Citra Diri : ULUL ALBAB
Kader
PMII Dapat Mewujudkan:
Tri
Motto: Dzikir Fikir Amal Sholeh
Tri
Khidmad: Taqwa Intelektual Profesional
Tri
Komitmen: Kebenaran Kejujuran Keadilan
Landasan
Filosofis Lambang PMII
Pencipta
lambang : H. Said Budairy
Makna
Lambang :
I. Bentuk
1. Perisai berarti
ketahanan dan keampuhan mahasiswa islam terhadap berbagai tantangan dan
pengaruh dari luar.
2. Bintang adalah
perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
3. 5 (lima) bintang
sebelah atas, menggambarkan Rasulullah dengan empat sahabat terkemuka
(Khulafa’ur Rasyidin)
4. 4 (empat) bintang
sebelah bawah menggambarkan empat madzhab yang berhaluan Ahlussunnah Wal
Jama’ah.
5. 9 (sembilan)
bintang secara keseluruhan dapat berarti ganda, yaitu:
a. Rasulullah dengan
empat orang sahabatnya serta empat imam madzhab ASWAJA itu laksana bintang yang
selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan penerang umat
manusia.
b. Sembilan bintnag
juga menggambarkan sembilan orang pemuka penyebar Agama Islam di Indonesia yang
disebut Wali Songo.
II. Warna
1. biru, sebagaimana
tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan digali
oleh warga pergerakan, biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang
mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan wawasan nusantara.
2. Biru muda,
sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu, budi pekerti
dan taqwa.
3. kuning,
sebagaimana perisai sebelah atas, berarti identitas mahasiswa yang menjadi
sifat dasar pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala
serta penuh harapan menyongsong masa depan.
SUSUNAN
STRUKTUR
ORGANISASI
PMII
·
Pengurus Besar (PB)
·
Pengurus Coordinator
Cabang (PKC)
·
Pengurus Cabang (PC)
·
Pengurus
Komisariat (PK)
·
Pengurus Rayon (PR)
SIstem
Pengkaderan
·
FORMAL
·
INFORMAL
·
NON-FORMAL
Pengkaderan
Formal
·
MAPABA ( Masa
Penerimaan Anggota Baru)
Pengertian dan Tujuan :
MAPABA adalah fase orientasi
dan pengenalan awal PMII kepada mahasiswa dalam rangka rekruitmen mahasiswa
untuk menjadi anggota PMII. Tujuan MAPABA untuk merekrut anggota.dengan Harapan
jadi kader mu’takid
·
Pelatihan Kader Dasar
(PKD); Mujahid
·
Pelatihan Kader
Lanjut (PKL); Mujtahid
Pengkaderan
Informal
Tidak
ada kegiatan yang bersifat mutlak :
·
selalu mengundang dan
mengajak anggota/ kader dalam diskusi – diskusi yang di adakan PMII,
·
melibatkan
anggota/kader dalam kepanitiaan acara yang di selenggarakan oleh PMII,
·
selalu mengundan dan
mengajak anggota/kader dalam agenda - agenda PMII di public (demontrasi, baik
social, study banding dll)
·
membentuk kelompok –
kelompok diskusi, minat dan bakat (pecinta alam, kelompok seni dan sastra Dll),
sesuai dengan kebutuhan anggota/ kader dalam format kelompok kecil ataupun yang
lain,
·
mendatangi anggota/
kader baik ke kampus maupun ke kost, atau bahkan di rumahnya, bengajak diskusi
ringan ataupun merangsang anggota/ kader untuk tetap awas.
·
mengajak anggota/
kader mengunjungi PMII Cab ataupun komisariat dalam kata lain bersilaturahmi.
·
mendorong atau
membantu anggota/ kader untuk terlibat dalamkepanitiaan acara- acara yang di
selenggarakan oleh kampus.
·
mendorong dan
membantu anggota/ kader terlibat dalam organisasi – organisasi intra kampus
(HMJ, UKM dan BEM).
·
mendelegasikan
anggota/ kader, dengn tetap di dampingi, dalam diskusi yang di adakan oleh
organisasi lain.
·
menugaskan anggota/
kader untuk menyelenggarakan sebuah kegiatan lengkap dengan kepanitiaannya. (
bazaar buku, bakti social, donor darah, bedah buku, seminar Dll).
Pengkaderan
Non Formal
KEGIATAN PASCA MAPABA :
·
Pelatihan Manajemen
Forum
·
Kursus Agama
(Mangaji, Bacaan dan Tatacara Ibadah)
·
Pelatihan Pembuatan
Proposal
·
Pelatihan Manajemen
·
Kursus Bahasa Asing
·
Pelatihan Analisis
Kebijakan Publik
·
Pelatihan Teknologi
Informasi
·
Pelatihan Gender
·
Kursus Filasafat dan
teori social
·
Pelatihan Jurnalistik
KEGIATAN PASCA PKD
·
Pelatihan Advokasi
·
Pelatihan Analisis
social
·
Pelatihan Pemetaan
Polotik Kampus
·
Pelatihan Monitoring
Anggaran
·
Pelatihan Menejemen
Konflik
·
Pelatihan Meode
Penelitian
·
Pelatihan Manajemen
Komunikasi
·
Pelatihan Manajeman
Organisasi
·
Pelatihan Manajemen
Aksi
·
Pelatihan
Kepemimpinan
·
Pelatihan
keFasilitatoran
·
Kursus Politik
KEGIATAN PASCA PKL
·
Pelatihan
Kewirausahaan
·
Kursus Analisis Pasar
Modal
·
Pelatihan Tekhnologi
Industri kecil
·
Pelatihan Legal
Drefting
·
Pelatihan Agrobisnis
·
Pelatihan Community
Organizer
·
Pelatihan Dakwah
SYAHADAT PEMBEBASAN
Asyhadu alaa
ilaha ilallah wa asy hadu anna Muhammadar Rasulullaah
Orang yang
berkeinginan merendahkan orang lain berarti ingin menjadi Tuhan
Padahal
tiada Tuhan selain Allah
Orang yang
berkeinginan memperbudak orang lain berarti ingin menjadi Tuhan
Padahal tiada
Tuhan selain Allah
Penguassa
yang berkeinginan menindas rakyatmya berarti ingin menjadi Tuhan
Padahal
tiada Tuhan selain Allah
Pengusa yang
berkeinginan menjadi tiran berarti ingin menjadi Tuhan
Padahal
tiada Tuhan selain Allah
Kita
menghargai sesama apapun keadaannya dari manapun asalnya asal bisa menjadi
saudara bagi sesamanya